SURAT AT-TAKATSUR
( BERMEGAH-MEGAHAN )
Surat ke 102 dalam
urutan al-qur’an
Surat At-Takatsur terdiri atas 9 ayat, termasuk golongan surat
Makiyyah , yaitu surat yang diturunkan di Makkah, diturunkan setelah surat
al-Insyiroh . Nama At-Takatsur diambil
dari kata Takatsur yang terdapat pada
ayat pertama yang artinya “ Bermegah-megahan “
1.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1a],
2. sampai
kamu masuk ke dalam kubur.
3.
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5.
janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6. niscaya
kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1b].
8.
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).
[1a] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta,
anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1b] 'ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala
sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Surat at-Takatsur
merupakan surat Makiyah. Kata “at-Takatsur” diambil dari ayat pertama yang
mempunyai arti bermegah-megahan. Ia terdiri dari 8 ayat dan memiliki beberapa
nama selain al-Takatsur yaitu : alhakum (telah melalaikanmu) atau
al-Maqabir (tempat pemakaman).
Surat ini
menggambarkan tentang orang-orang yang suka berlomba-lomba untuk mengumpulkan
harta. Mereka merasa bangga jika harta yang mereka punya melebihi yang lain.
Kecintaan dan kebanggan mereka terhadap harta membuat lupa kepada Allah dan
lingkungan sekitarnya.
Bahkan persaingan
tersebut terus mereka lakukan sampai kematian menjemput (dikubur). Hal ini
terjadi karena mereka tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatkan..
Meskipun untuk mencapainya harus menghalalkan segala cara. Demikianlah gambaran
jika seseorang telah terpesona dengan kehidupan duniawi,
Padahal apa yang
mereka lakukan sebenarnya tidak akan menjadikan mereka bahagia. Dan tidak
sampai kepada kehidupan yang sejati, yaitu kebahagian ukhrawi (di akhirat)
kelak. Yang terjadi adalah sebaliknya, musuh mereka akan bertambah seiring
dengan ambisinya.
Dan apa yang mereka
perebutkan tidaklah sebanding dengan kenikmatan yang akan didapat di akhirat
kelak. Seandainya mereka memahami makna kehidupan akhirat, tentulah mereka
tidak seperti itu. Kehidupan duniawi hanya sementara, sedang kehidupan akhirat
kekal selamanya.
Mereka
baru akan menyadari kesalahannya ketika dimasukkan ke dalam neraka jahim. Dan
ketika diminta pertanggunggjawaban atas harta dan karunia yang telah Allah
berikan. Pada hari itu mereka akan ditanya tentang kenikmatan yang mereka
kumpulkan dan banggakan semasa hidup di dunia. Mereka juga akan diminta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya yang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keinginannya. Kemudian
selanjutnya akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang telah mereka lakukan di
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar