Hadits Tentang
LARANGAN HASUD
& RIYA
إِيَّاكُمْ
وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ
الْحَطَبَ
“Hati-hatilah
kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar “
A.
Sikap
Hasud
Kata hasud dalam bahasa Arab berarti
orang yang memilki sifat dengki. Dengki adalah satu sikap mental seseorang
tidak senang orang lain mendapat kenikmatan hidup dan berusaha untuk
melenyapkannya, sifat ini harus dihindari oleh seseorang dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam hadits lain, Rasulullah Saw
bersabda:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَبْنِ
رَجُلٍ أَتَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ القُرْانَ فَهُوَ بَقُوْمُ بِهِ أَنَاء
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ، و رَجُلٍ أَتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ فِى
الحَقِّ أَنَاء اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
“Tidak
diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada seorang laki-laki
yang diberikan al-Qur’an oleh Allah Swt sedangkan dia mengamalkannya siang dan
malam; dan kepada seorang laki-laki yang diberikan harta oleh Allah Swt lalu
dia menginfakannya di jalan yang benar siang dan malam”. (HR Bukhari dan
Muslim)
1.
Bahaya
Perbuatan Hasud
Sifat
hasud sangant membahayakan kehidupan manusia antara lain:
- menyebabkan hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu dapat hilang dari seseorang.
- Menghancurkan persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan mengadu domba dan suka menfitnah
- Menghancurkan kebaikan yang ada padanya.
2.
Cara
Menghindari Hasud
Cara menghindari hasud antara lain
sebagai berikut:
- Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT
- Menyadari bahwa pemberiya’n dari Allah kepada manusia tidaklah sama, sesuai dengan kehendaknya
- Menyadari bahwa hasud dapat menghapuskan kebaikan.
B.
Sikap
Riya’
Riya’
artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui
kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap
perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia,
bukan ikhlas karena Allah
Riya’
itu bisa terjadi dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan. Bisa juga
terjadi ketika melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan suatu
pekerjaan
1.
Riya’
dalam Niat
Riya’
dalam niat, yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan untuk
mendapat pujian, sanjungan dan penghargaan dari orang lain, bukan karena Allah.
Padahal niat itu sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan.
Jika
pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat karena Allah maka perbuatan itu
mempunyai nilai di sisi Allah. Jika dilakukan karena ingin mendapat sanjungan
dan penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak akan memperoleh
pahala dari Allah. Hanya sanjungan dan itulah yang akan dia peroleh. Nabi
Muhammad SAW bersabda:
اِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ … (رواه مسلم)
Artinya:
“sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR Muslim)
2.
Riya’
dalam Perbuatan
Riya’
dalam perbuatan ini, misalnya ketika mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang
riya’ ini dalam mengerjakan shalat biasanya dai memperlihatkan kesungguhan,
kerajinan dan kekhusyukannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau
jamaah. Sehingga orang lain melihat dia berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya.
Dai shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian, sanjungan dan pujian orang
lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang
riya’ dalam shalatnya akan celaka diakhirat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar